Akhir-akhir ini, karena kerinduan padanya semua memori terpanggil tanpa saya bisa menghentikannya. Mengingatnya dan merasai candu bernama rindu. Lagi-lagi saya teringat tentang rumusan 'memangkas jarak' yang saya rumuskan sendiri ketika saya sedang ingin iseng untuk berpikir dan ketika itu saya sangat merindukannya.
Ia, sosok yang saya sapa dengan panggilan Om yang sebenarnya memiliki pertalian darah sepersusuan, yang memiliki jarak usia yang tak lagi dekat tetapi ia memangkas jarak bernama usia dan masa untuk menghadapi cerita dan keluh saya, sekaligus sahabat bagi saya. Ia, yang dua minggu sebelum kepergiannya, mengajak saya diskusi untuk (calon) tesisnya, lagi-lagi, ia memangkas jarak. Ia yang S2 dengan segala pengalaman di bidangnya dan saya yang hampir purna S1 yang masih bau kencur. Ia yang memutuskan masuk magister hukum dan saya mempelajari tentang budaya, sastra, dan bahasa. Ia memangkas jarak di dua bidang yang berbeda. Dari diskusi yang tidak singkat dan berlangsung beberapa hari face to face maupun telpon, ia pun mendapatkan judul dan mendapat hadiah sebuah rasa senang karena judul (calon) tesisnya diterima.
Ia yang suka memangkas jarak usia dan masa, lalu memosisikan ia sebagai yang pernah muda, yang rela saya jadian tempat dimana saya ingin 'nyampah' dalam bentuk apapun. Ia yang rela memangkas jarak ketika dulu sewaktu saya kecil saat makan siang berebut piring seng dengan saya, meskipun pada akhirnya ia mengalah dan merelakan piring seng itu. Kelak, piring itu adalah milik saya. Saya menyimpannya untuk mengenangnya.
Memangkas jarak, jarak yang memang dalam bentuk angka yang bisa dikalkulasi serta diperhitungkan, berapa kecepatan yang dibutuhkan agar sampai di tempat tujuan lalu kembali ke tempat semula dengan perhitungan yang detail atau mencari pilihan jalan lain untuk bisa ekstra memangkas jarak dan 'jarak' dalam bentuk maya, yang angka tak bisa mendeskripsikannya. Jarak yang jauh dengan waktu tempuh yang tidak sebentar pun ia memangkasnya untuk memangkas 'jarak' yang lain. 'Jarak' maya dalam bentuk berupa hubungan, hubungan kekerabatan, hubungan persahabatan.
Dalam sebuah hubungan pun ada 'jarak' yang ketika kita berani 'memangkasnya' maka hubungan itu akan semakin erat. Kekerabatan dekat sekalipun pun tanpa kita memangkas jarak juga akan terasa jauh, canggung dengan saudara sendiri. Banyak jalan untuk memangkas jarak, dengan komunikasi sekedar bertanya kabar, menemui, tersenyum, makan, dan banyak lagi kejutan-kejutan kecil untuk kita bisa hadirkan demi memangkas jarak. Lalu, saya pun tersadar, bahwa candu rindu saya padanya karena hasil kerja kerasnya memangkas jarak dengan saya. Ya, seharusnya memang seperti itu kita memperlakukannya, memangkas jarak.
Dalam sebuah hubungan pun ada 'jarak' yang ketika kita berani 'memangkasnya' maka hubungan itu akan semakin erat. Kekerabatan dekat sekalipun pun tanpa kita memangkas jarak juga akan terasa jauh, canggung dengan saudara sendiri. Banyak jalan untuk memangkas jarak, dengan komunikasi sekedar bertanya kabar, menemui, tersenyum, makan, dan banyak lagi kejutan-kejutan kecil untuk kita bisa hadirkan demi memangkas jarak. Lalu, saya pun tersadar, bahwa candu rindu saya padanya karena hasil kerja kerasnya memangkas jarak dengan saya. Ya, seharusnya memang seperti itu kita memperlakukannya, memangkas jarak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar